Meski sudah diwajibkan bahwa setiap tempat kerja memiliki ruangan khusus untuk ibu-ibu menyusui atau memerah ASI (Air Susu Ibu), nyatanya tidak setiap kantor memilikinya. Karena terpaksa, sebagian ibu pun harus memerah ASI-nya di tempat yang tidak higienis seperti toilet. Apa dampaknya?
"Kalau memerahnya di tempat yang tidak higienis, misalnya kamar mandi, itu bakteri kan banyak yang beterbangan. Toilet sama sekali tidak boleh (untuk memerah ASI)," tegas Dr Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM, pakar laktasi dari RS St Carolus, saat berbincang dengan detikHealth, Rabu (28/11/2012).
Meskipun toilet yang digunakan terlihat bersih, tapi tetap saja ASI yang dikeluarkan sangat mudah terkontaminasi bakteri yang ada. Padahal toilet diketahui sebagai salah satu tempat yang mengandung berbagai jenis bakteri. Sedangkan makanan bayi harus benar-benar steril.
Menurut Dr Utami, risikonya sangat besar bila ASI untuk si kecil sudah terkontaminasi bakteri. Daya tahan tubuh bayi sangatlah rendah, sehingga kontaminasi sekecil apapun bisa menyebabkan pengaruh besar.
"Risikonya ya sakit, mulai dari infeksi usus, masuk ke darah bahkan sampai ke otak," tambah Dr Utami.
Selain dampak pada bayi, tempat yang tidak higienis sendiri sudah memberikan dampak psikologis pada si ibu yang memerah ASI. Dampak psikologis dapat langsung mempengaruhi kelancaran ASI, yang bergantung pada hormon oksitosin.
Bila oksitosin terganggu, akibatnya pengeluaran ASI akan macet atau keluar hanya sedikit.
"Bagaimana perasaan kalau memerah ASI di toilet yang becek, kotor. Ibu sendiri sudah merasa tidak nyaman, tidak tenang, maka hormon oksitosinnya akan terganggu. Jadi memang perlu perjuangan besar untuk menyusui," jelas Mia Sutanto, Ketua Umum AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia).
Jika tidak terdapat ruang pojok ASI di kantor, alternatif yang bisa dilakukan adalah memakai ruang rapat yang sedang tidak terpakai atau pojok ruang di kantor yang sepi, bahkan beberapa ibu melakukannya di mobil.
"Kalau terpaksa banget, ibu harus berusaha meminimalisasi kontaminasi. Misal cuci tangan, tidak menyentuh benda-benda lain dan selesai memerah langsung ditutup," tutup Mia. (mer/vit)
Editor: Merry Wahyuningsih | Publisher : Rangga
[detiki.com] COPYRIGHT © Cahaya Mitra,CV 2012
"Kalau memerahnya di tempat yang tidak higienis, misalnya kamar mandi, itu bakteri kan banyak yang beterbangan. Toilet sama sekali tidak boleh (untuk memerah ASI)," tegas Dr Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM, pakar laktasi dari RS St Carolus, saat berbincang dengan detikHealth, Rabu (28/11/2012).
Meskipun toilet yang digunakan terlihat bersih, tapi tetap saja ASI yang dikeluarkan sangat mudah terkontaminasi bakteri yang ada. Padahal toilet diketahui sebagai salah satu tempat yang mengandung berbagai jenis bakteri. Sedangkan makanan bayi harus benar-benar steril.
Menurut Dr Utami, risikonya sangat besar bila ASI untuk si kecil sudah terkontaminasi bakteri. Daya tahan tubuh bayi sangatlah rendah, sehingga kontaminasi sekecil apapun bisa menyebabkan pengaruh besar.
"Risikonya ya sakit, mulai dari infeksi usus, masuk ke darah bahkan sampai ke otak," tambah Dr Utami.
Selain dampak pada bayi, tempat yang tidak higienis sendiri sudah memberikan dampak psikologis pada si ibu yang memerah ASI. Dampak psikologis dapat langsung mempengaruhi kelancaran ASI, yang bergantung pada hormon oksitosin.
Bila oksitosin terganggu, akibatnya pengeluaran ASI akan macet atau keluar hanya sedikit.
"Bagaimana perasaan kalau memerah ASI di toilet yang becek, kotor. Ibu sendiri sudah merasa tidak nyaman, tidak tenang, maka hormon oksitosinnya akan terganggu. Jadi memang perlu perjuangan besar untuk menyusui," jelas Mia Sutanto, Ketua Umum AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia).
Jika tidak terdapat ruang pojok ASI di kantor, alternatif yang bisa dilakukan adalah memakai ruang rapat yang sedang tidak terpakai atau pojok ruang di kantor yang sepi, bahkan beberapa ibu melakukannya di mobil.
"Kalau terpaksa banget, ibu harus berusaha meminimalisasi kontaminasi. Misal cuci tangan, tidak menyentuh benda-benda lain dan selesai memerah langsung ditutup," tutup Mia. (mer/vit)
Editor: Merry Wahyuningsih | Publisher : Rangga
[detiki.com] COPYRIGHT © Cahaya Mitra,CV 2012